BUDAYA, KREATIVITAS, DAN INOVASI
Assalaamu'alaikum
all. Kita lanjut ke pembahasan berikutnya tentang Budaya, Kreativitas, dan
Inovasi. Kita langsung aja ke pembahasan ya!!!
PENGERTIAN
DAN FUNGSI BUDAYA ORGANISASI
Dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik
dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat
satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu
pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring
dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat
pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi
secara keseluruhan.
Budaya
organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggotayang
membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna
bersama iniadalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh
organisasi.
Dalam
buku Handbook of Human Resource Management Practice oleh Michael Armstrong pada
tahun 2009, budaya organisasi atau budaya perusahaan adalah nilai, norma,
keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam
organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan.
Budaya
organisasi dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi
patokan dalam setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang
diambil. Hal ini terkait dengan bagaimana budaya itu mempengaruhi organisasi dan bagaimana
suatu budaya itu dapat dikelola oleh organisasi. Berikut ini dikemukakan
beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
- Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
- Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
- Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
- Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
- Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
- Schein (1992) memandang budaya organisasi sebagai suatu pola asumsi-asumsi mendasar yang dipahami bersama dalam sebuah organisasi terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pola-pola tersebut menjadi sesuatu yang pasti dan disosialisasikan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi. Lebih jauh lagi Schein menggambarkan adanya tiga tingkatan atau lapisan budaya organisasi, yaitu :
1. Artifak (Artifacts)
Artifak merupakan
tingkat budaya yang tampak dipermukaan. Termasuk dalam artifak adalah semua
fenomena yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan Ketika seseorang memasuki
sebuah kelompok dengan budaya yang masin asing baginya. Termasuk dalam artifak
juga adalah produk yang tampak (visible products) dari organisasi seperti
rancangan lingkungan fisik, bahasa, teknologi, produk, kreasi artistik, gaya
dalam berbusana, pengungkapan emosi, mitos dan cerita tentang organisasi,
nilai-nilai organisasi yang dipublikasikan, ritual, perayaan-perayaan.
2. Nilai-nilai yang diyakini (expoused
values)
Dalam organisasi
terdapat nilai-nilai tertentu yang umumnya dicanangkan oleh tokoh-tokoh seperti
pendiri dan pemimpinnya, yang menjadi pegangan dalam menekankan ketidakpastian
pada bidang-bidang yang kritis. Nilai-nilai itu menjadi sesuatu yang tidak lagi
didiskusikan dan didukung oleh perangkat keyakinan, norma serta aturan-aturan
operasional mengenai perilaku dalam organisasi Hal-hal tersebut membentuk suatu
kesadaran dan secara eksplisit diucapkan serta dilakukan karena telah berfungsi
sebagai norma atau moral yang memandu anggota organisasi dalam menghadapi
situasi tertentu dan melatih anggota Baru.
3. Asumsi-asumsi dasar (basic assumptions)
Merupakan asumsi-asumsi
dasar yang telah ada sebelumnya (taken for granted) dan menjadi panduan
perilaku bagi anggota organisasi dalam memandang suatu permasalahan. Jika
asumsi dasar dipegang teguh, maka anggota organisasi akan merumuskan perilaku
berdasarkan pada kesepakatan-kesepakatan yang berlaku. Asumsi-asumsi dasar
cenderung untuk tidak dipertentangkan atau diperdebatkan dan cenderung sangat
sulit diubah.
ASAL
MUASAL BUDAYA ORGANISASI
Ingvar
Kamprad, pendiri IKEA. Sumber dari budaya organisasi yang tumbuh di IKEAadalah
pendirinya. Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu
yang adadi sebuah organisasisaat ini merupakan hasil atau akibat dari yang
telah dilakukan sebelumnyadan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di
masa lalu. Hal ini mengarah pada sumbertertinggi budaya sebuah organisasi: para
pendirinya.
Secara
tradisional, pendiri organisasi
memiliki pengaruh besar
terhadap budaya awal organisasi tersebut.
Pendiri organisasi tidak
memiliki kendala karena
kebiasaanatau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan
organisasi baru lebih jauh memudahkan
pendiri memaksakan visi
mereka pada seluruh
anggota organisasi. Prosespenyiptaan budaya
terjadi dalam tiga
cara. Pertama, pendiri
hanya merekrut danmempertahankan karyawan yang sepikiran
dan seperasaan dengan
mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara
pikir dan berperilakunya kepadakaryawan. Terakhir, perilaku pendiri
sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorongkaryawan untuk
mengidentifikasi diri dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan,
nilai,dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi
pendiri lalu dipandangsebagai faktor penentu utama keberhasilan itu.Di titik
ini, seluruh kepribadian para pendiri jadimelekat dalam budaya organisasi.
KARAKTERISTIK
BUDAYA ORGANISASI
Penelitian
menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang, secara
keseluruhan,merupakan hakikat budaya organisasi.
- Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
- Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
- Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
- Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
- Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu.
- Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
- Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
FUNGSI
BUDAYA ORGANISASI
1. Budaya mempunyai
peranan pembeda atau tapa batas, artinya budaya menciptakan pembedaan yang
jelas antara satu organisasi dengan yang lain.
2. Budaya memberikan
rasa identitas ke anggota-anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah
timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri
pribadi seseorang.
4. Budaya itu
meningkatkan kemantapan sistem sosial.
Budaya
organisasi memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi budaya organisasi adalah
sebagai tapal batas tingkah laku individu yang ada didalamnya. Menurut Robbins
(1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
- Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
- Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
- Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
- Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
- Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
Secara
alami budaya sukar dipahami, tidak berwujud, implisit dan dianggap biasa
saja.Tetapi semua organisasi mengembangkan seperangkat inti pengandaian,
pemahaman, dan aturanimplisit yang mengatur
perilaku sehari-hari dalam
tempat kerja. Peran
budaya dalam mempengaruhi
perilaku karyawan semakin penting bagi organisasi.
TIPOPOLGI
BUDAYA ORGANISASI
Ada
beberapa tipologi budaya organisasi. Kotter dan Heskett (1998) mengkategorisasi
jenis budaya organisasi menjadi tiga yaitu budaya kuat dan budaya lemah; budaya
yang memiliki kecocokan strategik; dan budaya adaptif. Organisasi yang
berbudaya kuat biasanya dapat dilihat oleh orang luar sebagai memilih suatu
gaya tertentu. Dalam budaya organisasi yang kuat ini nilai-nilai yang dianut
bersama itu dikonstruksi ke dalam semacam pernyataan misi dan secara serius
mendorong para manajer untuk mengikutinya. Karena akar-akarnya sudah mendalam,
gaya dan nilai budaya yang kuat cenderung tidak banyak berubah walaupun ada
pergantian pimpinan.
Sejalan
dengan itu, Robbins (1990) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan budaya yang
kuat adalah budaya di mana nilai-nilai inti dipegang secara intensif dan dianut
bersama secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan
makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu, maka makin kuat pula budaya
tersebut. Sebaliknya organisasi yang berbudaya lemah, nilai-nilai yang dianut
tidak begitu kuat sehingga jatidiri organisasi tidak begitu menonjol dan
kemungkinan besar nilai-nilai yang dianut pun berubah setiap pergantian
pimpinan atau sesuai dengan kebijakan pimpinan yang baru.
Jenis
budaya yang cocok secara strategik memiliki perspektif yang menegaskan tidak
ada resep umum untuk menyatakan seperti apa hakikat budaya yang baik itu, hanya
apabila “cocok” dengan konteksnya. Konteks itu dapat berupa kondisi objektif
dari organisasinya, segmen usahanya yang dispesifikasi oleh strategi organisasi
atau strategi bisnisnya sendiri. Konsep kecocokan sangat bermanfaat khususnya
dalam menjelaskan perbedaanperbedaan kinerja jangka pendek dan menengah. Esensi
konsepnya mengatakan bahwa suatu budaya yang seragam tidak akan berfungsi. Oleh
karena itu, beberapa variasi dibutuhkan untuk mencocokan tuntutan-tuntutan
spesifik dari bisnis-bisnis yang berbeda itu.
Budaya
adaptif didasari pemikiran bahwa organisasi merupakan sistem terbuka dan
dinamis yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk dapat
meraih sukses dalam lingkungan yang senantiasa berubah, organisasi harus
tanggap terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dapat membaca
kecenderungan-kecenderungan penting dan melakukan penyesuaian secara cepat.
Budaya organisasi adaptif memungkinkan organisasi mampu menghadapi setiap
perubahan yang terjadi tanpa harus berbenturan dengan perubahan itu sendiri.
Selanjutnya, Luthans
(1992) memaparkan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut :
- Peraturan-peraturan perilaku yang harus dipenuhi
- Norma-norma
- Nilai-nilai yang dominan
- Filosofi
- Aturan-aturan
- Iklim organisasi.
- Tipopologi Budaya Organisasi
Pengertian Tipologi
merupakan suatu pengelompokan bahasa berdasarkan ciri khas tata kata dan tata
kalimatnya (Mallinson dan Blake,1981:1-3).
Tipologi
budaya organisasi bertujuan untuk menunjukkan aneka budaya organisasi yang
mungkin ada di realitas, Tipologi budaya organisasi dapat diturunkan dari
tipologi organisasi misalnya dengan membagi tipe organisasi dengan membuat
tabulasi silang antara jenis kekuasaan dengan jenis keterlibatan individu di
dalam organisasi.
Jenis kekuasaan dan keterlibatan individu
dalam organisasi dibagi menjadi :
1. Koersif
2. Remuneratif
3. Normatif
A. Organisasi Koersif,
adalah organisasi di mana para anggota organisasi harus mematuhi apapun
peraturan yang diberlakukan.
B. Organisasi
Utilitarian, adalah organisasi di mana para anggota diperlakukan secara adil
dalam pekerjaan dan hasil sesuai dengan standart atau ketentuan yang yang
disepakati bersama oleh anggota organisasi.
C. Organisasi Normatif,
adalah organisasi di mana para anggota organisasinya memberikan kontribusi
tinggi pada komitmen karena menganggap organisasi adalah sama dengan tujuan
diri mereka sendiri.
KREATIFITAS
INDIVIDU DAN TEAM PROSES INOVASI
Inisiatif
individual adalah seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam
perusahaan. Hal ini meliputi tanggung jawab, kebebasan dan independensi dari
masing-masing anggota organisasi, dalam artian seberapa besar seseorang diberi
wewenang dalam melaksanakan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus
dipikul sesuai dengan kewenangannya dan seberapa luas kebebasan mengambil
keputusan.
Toleransi
terhadap risiko, menggambarkan seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk
lebih agresif, inovatif dan mau menghadapi risiko dalam pekerjaannya.
Pengarahan, hal ini berkenaan dengan kejelasan sebuah organisasi dalam
menentukan objek dan harapan terhadap sumber daya manusia terhadap hasil
kerjanya. Harapan tersebut dapat dituangkan dalam bentuk kuantitas, kualitas
dan waktu.
Integrasi
adalah seberapa jauh keterkaitan dan kerja sama yang ditekankan dalam
melaksanakan tugas dari masing-masing unit di dalam suatu organisasi dengan
koordinasi yang baik. Dukungan manajemen, dalam hal ini seberapa jauh para
manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukungan terhadap
bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
Pengawasan,
meliputi peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang digunakan untuk
melihat secara keseluruhan dari perilaku karyawan. Identitas, menggambarkan
pemahaman anggota organisasi yang loyal kepada organisasi secara penuh dan
seberapa jauh loyalitas karyawan tersebut terhadap organisasi.
Sistem
penghargaan pun akan dilihat dalam budaya organisasi, dalam arti pengalokasian
“reward” (kenaikan gaji, promosi) berdasarkan kriteria hasil kerja karyawan
yang telah ditentukan. Toleransi terhadap konflik, menggambarkan sejauhmana
usaha untuk mendorong karyawan agar bersikap kritis terhadap konflik yang
terjadi. Karakteristik yang terakhir adalah pola komunikasi, yang terbatas pada
hierarki formal dari setiap perusahaan.
Kreativitas
dengan inovasi itu berbeda. Kreativitas
merupakan pikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru, sedangkan
inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru. Hubungan keduanya
jelas. Inovasi merupakan aplikasi praktis dari kreativitas. Dengan kata lain, kreativitas bisa merupakan
variabel bebas, sedangkan inovasi adalah variabel tak bebas. Dalam praktek
bisnis sehari-hari, ada perencanaan yang meliputi strategi,
taktik, dan eksekusi. Dalam
pitching konsultansi atau agency,
sering terdengar keluhan bahwa secara konseptual apa yang disodorkan agency bagus, tetapi strategi itu
tak berdampak pada perusahaan
karena mandek di tingkat
eksekusi. Mengapa? Sebab,
strategi bisa ditentukan oleh seseorang, tetapi
eksekusinya harus melibatkan
banyak orang, mulai dari atasan
hingga bawahan. Di sinilah mulai ada gesekan antarkaryawan, beda
persepsi hingga ke sikap penentangan.
Itu
sebabnya, tak ada perusahaan yang mampu berinovasi secara konsisten tanpa
dukungan karyawan yang bisa
memenuhi tuntutan persaingan.
Hasil pengamatan kami menunjukkan, perusahaan-perusahaan inovator sangat memperhatikan masalah pelatihan
karyawan, pemberdayaan, dan juga sistem reward untuk meng-create daya
pegas inovasi. Benih-benih inovasi akan
tumbuh baik pada perusahaan-perusahaan yang selalu menstimulasi karyawan, dan mendorong
ke arah ide-ide bagus. Melalui program pelatihan, sistem reward, dan
komunikasi, perusahaan terus berusaha
untuk mendemokratisasikan inovasi.
Referensi :
https://safarael.wordpress.com/2014/05/04/budaya-kreativitas-dan-inovasi-teori-organisasi-umum-2/
http://dokumen.tips/education/budaya-kreativitas-dan-inovasi.html
http://zhaxiann.blogspot.co.id/2013/04/budaya-kreativitas-dan-inovasi.html
0 komentar:
Posting Komentar